Wikipedia

Hasil penelusuran

Rabu, 24 April 2013

SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN




SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN
Makalah
Di susun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen pengampu : Rifngan

 
Di susun oleh :
Anik khikmawati        (123911035) 
Anna mila                   (123911036) 
Aprilia ngabekti  N      (123911037)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012 

            I.PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupan firman allah yang diwahyukan kwpada nabi Muhammad Saw sebagai sumber hukum islam yang pertama. Ayat-ayat yang pertama trun adalah al-Alaq 1-5 pada tanggal 17 ramadahan.dan ayat yang terakhir  turun adalah srat almaidah ayat 3 ketika rasul menjalankan haji wada’.
Dalam sejarah al-Qur’an ada istilah pengumpulan al-Qur’an,yaitu usaha pengumpulan berkas-berkas al-qaur’an  yang tercecer di tangan para sahabat kemudian berkas-berkas tersebut  disatukan sebagai kondeks utuh yang bernama  mushaf
Usaha kompilasi(penulisan) serta kodifikasi(pembukuan)alQur’an secara tertulis ini telah disejarahkan para ilmuan al-qur’an dan dibagi dalam tiga fase,yaitu pada masa nabi Saw,abu bakar ra, dan ustman bin affan ra. 
  II.RUMUSAN MASALAH
1.      Bagaimana penulisan al-Quran pada masa  Rasulullah ?
2.      Bagaimana penulisan al-Qur’an pada masa abu bakar ai-shiddiq ?
3.      Bagaimana penulisan al-Qur’an pada masa ‘ustman bin ‘affan ? 

III.PEMBAHASAN

1.      ALQUR’AN PADA MASA RASULULLAH SAW
Sejarah dalam penulisan al-Qur’an pada masa nabi melalui dua cara yaitu hafalan dan tulisan, artinya setiap ayat yang turun langsung di catat oleh penulis wahyu dan di hafal oleh para sahabat. Teknik penulisan al-Qur’an pada masa rasul adalah menggunakan metode imla’(dekte).Para penulis wahyu diantaranya seperti empat khalifah , zayd bin tsabit, abd allah bin mas’ud, ubayya bin ka’b,  dan lain-lain sehingga jmlah mereka mecapai 43. Mereka menulis al- Qur’an pada pelepah kurma,pohon,daun,kulit,tulang dll. Karena alat tulis sulit di dapat di negara arab. Para sahabat menulis al-Qur’an  dengan  mencatat setiap wahyu yang turun persis sebagaimana yang disampaikan nabi Saw sedikitpun tidak mereka ubah.[1]
Di samping melalui catatan,al-Quran juga terpelihara melelui hafalan. Pada umumnya para sahabat yang menghafalkannya. Namun mereka yang menghafal keseluruhan tidak begitu banyak seperti Ubayy bin ka’b, Mu’adz  bin jabal, Zayd bin tsabit, Abu al-darda’, Sa’d bin ubayd, Ustman bin affan, dan lain-lain. para sahabat berlomba lomba dan mempelajari al-Qur’an. Mereka mencurahkan segala kemamuan untuk menghafal. Mereka menajarkannya kepada para istri dan anak mereka di rumah mereka. Di setiap rumah yang dilewati dalam kegeapan malam,terdengar gemuruh suara al-Qur’an. Bahkan rasul saw pernah mendengan disalah satu orang ansor,beliau berhenti untuk mendengarkan al-Qur’an dalam kegelapan malam. Sungguh telah banyak yang menghafal alQur’an terbukti ada sekitar 70 sahabat yang mati syahid pada perang yamanah di bi’r ma’umat melawan pengikut musaylimat al-kadzdzab dansejumlah itu pula para sahabat yang mati syahid pada zaman rasul saw di bir’I ma’unah.[2]
Pola penerbitan dan penulisan sesuai dengan arahan rasul,sehingga pengumpulan al-Qur’an dan penerbitannya adalah mutlak dari rasul bukan berdasarkan ijtihat Pola para sahabat. Sebagaimana sabda beliau:




ضعوا هذه السورة ضع الذي يذكر فيه كذاوكذ.                                                                           
“ letakkan surat ini di tempat yang di dalamnya di sebutkan ini dan ini”[3]
2.      AL-QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR AS-SHIDDIQ
Setelah rasulullah wafat di gantikan oleh abu bakar .pada masa kekhalifahannya dihadapakan pada langkah berbahaya, penuh tantangan, serta kesulitsn yang amat rumit. Di antaranya memerangi kemurtadan  yang terjadi diantara kaum muslimin dan para pengikut musailimah al kazzab. Pada peperangan itulah banyak kuraa’ dan huffadz yang gugur lebih dari 70 orang. Kejadian itu benar-benar menyedihkan kaum muslimin. Umar datang kepada abu bakar. Beliau amat sedih kemudian umar memberikan saran untuk mengumpulkan para quraa’karena takut al-Qur’an beransur-ansur hilang  atas kematian para penghafal. Awalnya abu bakar ragu, kemudian beliau berfikir lebih baik mengambil saran umar demi kemaslahatannya. Dan allah melapangkan dada beliau untuk suatu pekerjaan yang mulia ini.[4]
Kemudian abu bakar meminta zaid bin tsabit untuk mengumpulkan al-Qur’an dalam satu mushaf.mulanya zaid ragu.sebagaimana yang di riwayatkan bukhari:
Di riwayatkan dari Zaid bin Tsabi ra, dia berkata”abu bakar utusan kepada saya di tempat perang ahli yamamah ketika itu umar telah duduk disisinya. Maka abu bakar berkata: umar datang kepadaku kemudian berkata: sesungguhnya perang di yamamah itu amat mengerikan akibat meninggalnya para penghafal,dan aku khawatir kalau kematian para mufizd itu berlanjut pada kampong masing masing,sehingga banyak ayat al-Qur’an yang hilang. Maka aku menjawaab: bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh rasul? Umar berkata: demi allahitu lebih baik’,kemudian abu bakar menjawab: sesungguhnya engkau adalah pemudaa yang berakal kamu telah menuliskan wahyu untuk rasulullah saw,maka titilah al-Qur’an dan kumpulkanlah.yazid berkata jika aku diperintah untuk memindahkan gunung diantara gunung-gunung,maka tidak seberat apa yang engkau perintahkan kepadaku.abu bakar menjawab:sesungguhnya itu lebih baik,kemudian tidak henti-hentinya sampai allah melapangkan hati zaid. Hingga kemudian zaid menerima usulan abu bakar dan umar.
Dalam menghimpun al-Qur’an di masa abu bakar berpatokan pada hafalan dan tulisan sekaligus.artinya, jika hanya salah satu yang ada hanya hafalan atau tulisan saja maka penulisan ditangguhkan sampai kedua saksi itu ditemukan. Apa bila tidak ditemukan juga maka ayat tersebut di tolak.
Zaid bin tsabit dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh beberapa anggota lain,semuanya penghafal al-Qur’an yaitu ubay bin ka’ab, ali bin abi thalib dan ustman bin affan. Mereka berulang kali mengadakan pertemuan dan mereka mengumpulkan tulisan tulisan yang mereka tuliskan di masa nabi.
Akhirnya zaid berhasil menghimpun al-Qur’an dalam bentuk kitab yang kemudian diberi nama mushaf. Mushaf ini kemudian disimpan di rumah khalifah abu bakar. Setelah beliau wafat disimpan di rumah umar bin khathab, dan sepeninggalan umar di simpan di rumah hafshat bin umar,salah seorang janda rasul.[5]
3.      AL-QUR’AN PADA MASA KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN
Latar belakang pengumpulan al-Qur’an pada masa ustman tidak sebagai mana sebab yang melatarbelakangi pengumpulan al-Qur’an pada masa abu bakar. Pada masa ustman ini islam telah banyak tersebar luas. Kaum muslimin hidup berpencar di berbagai penjuru kota maupun pelosok. Disetiap kampong terkenal shuhuf sahabat yang mengajarkan al-Qur’an pada penduduk kampong itu. Penduduk syam memakaishuhuf  ‘Ubai bin ka’b. penduduk kuffah memekai  mushaf Abdullah bin mas’ud. Dan yang lain lagi memakai shuhuf Abu Musa Al-Asy’ari. Maka tidak diragukan timbul perbedaan bentuk suhuf di kalangan mereka. sampai hal ini membawa mereka kepada pertengtangan dan perpecahan di antara mereka sendiri. Bahkan sebagian mereka mengkafirkan sebagian yang lain, karena disebabkan perbedaan shuhuf tersebut.[6]
Kemudian ustman meminta kepada hafshah supaya memberikan shuhuf-shuhuf yang ada padanya untuk disalin kedalam beberapa mushaf.sesudah shuhuf diterima beliau menyuruh zaid bin tsabit, Abdullah bi zubair, zaid bin ash, abd arrahman bin haris bin hisyam untuk menyalin dari shuhuf-shuhuf  menjaddi beberapa mushaf. Setelah mereka selesai melaksanakan pekerjaan t            ersebut, shuhuf-shuhuf itu dikembalikan kepada Hafshah. Kemudian Usman mengirim ke Kufah, Basrah,Syams serta satu di tangan khalifah utsman sendiri.[7] Kemudian memerintahkan supaya dibakar segala mushaf-mushaf yang lain dari badan yang ditulis oleh badan yang terdiri dari empat tadi. Usman menyuruh kaum muslimin supaya membaca al-Qur’an yang bermaterai ai-Imam.
Sesudah masa usman bisa disebut tidak ada lagi perubahan yang berarti.  pada masa utsman adalah sekedar memperbanyak salinan mushaf yang dikumpulkan pada masa aba bakar untuk di kirim kan keberbagai wilayah islam. Adapun sebab pengumpulan alquran adalah terjadinya perbedaan suhuf dalam pembacaan alquran.
 IV.                                                            KESIMPULAN
Pembukuan alQuran pada masa rasul saw menggunakan dua cara yaitu mencatat dan menghafal. Para sahabat mencatat ayat-ayat al quran di pelepah-pelepah pohon, tulang unta, kulit hewan. Catatan-catatan tersebut disebut shuhuf .
Pada masa khalifah Abu Bakar dan utsman dilakukan pembukuan AlQuran. Pembukuan alQuran dilakukan dengan cara mengumpulkan shuhuf-shuhuf  hingga  menjadi mushaf  yang utuh dan sempurna yaitu Al-Qur’an.
    V.                                                             PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi pokok yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini, tentunya masih ada banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan kemampuandan kurangnya rujukan yang ada hubungannya dengan judul makalh ini.
Kami banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangunkepada kami demi sempurnanya makalah ini dikesempatan berikutnya, semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
           
DAFTAR PUSTAKA
 Ali Muhammadin Ash shobuni,Ikhtisar Ulumul qur’an,PA,1988
Baidan Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta,Pustaka Pelajar,2011
 Hasbi M Ash Shiddieqy,,Ilmu-Ilmu al-qur’an, Semarang, Pustaka Rizki Putra,2002
Hasbi M Ash Shiddieqy,Ilmu Al-Qur’an & Tafsir,Semarang, Pustaka Rizki Putra,2011
Shams Ahmad Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur’an,Jakarta, Pustaka Pelajar,2008
Syadali Ahmad dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II,Bandung,Pustaka Setia,1997



[1]Nasrudin Baidan ,Metode Penafsir Al-qur’an (Yogyakarta:Pustakapelajar.2011)hlm.31.
[2]Syaikh Muhammadi Ali Ash Shobuni,Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis(Semarang:PA,1988)hlm.71-72.
                [3]Nasrudin Baidan ,Metode Penafsir Al-qur’an (Yogyakarta:Pustakapelajar.2011)hlm.32.
[4] Ahmad Syams Madyan ,Peta Pembelajaran AL-Qur’an(Yogyakarta:Pustakapelajar.2008)hlm.83-85.
[5] Hasbi Ash-Shiddieqy,Ilmu Al-Qur’an & Tafsir,(Semarang:Pustaka Rizki Puttra.2011)hlm.73-74.
[6]Syaikh Muhammadi Ali Ash Ash Shobuni,Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis,(Semarang:PA.1988)hlm.82.
[7]Ahmad Syadali,Ulumul Qur’an II.(Bandung:Pustaka Setia.1997)hlm.22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar