SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN
Makalah
Di
susun untuk memenuhi tugas
Mata
kuliah :
Ulumul Qur’an
Dosen
pengampu : Rifngan
Di
susun oleh :
Anik
khikmawati (123911035)
Anna mila (123911036)
Aprilia ngabekti N (123911037)
Anna mila (123911036)
Aprilia ngabekti N (123911037)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
I.PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupan firman allah yang diwahyukan kwpada nabi Muhammad
Saw sebagai sumber hukum islam yang pertama. Ayat-ayat yang pertama trun adalah
al-Alaq 1-5 pada tanggal 17 ramadahan.dan ayat yang terakhir turun adalah srat almaidah ayat 3 ketika
rasul menjalankan haji wada’.
Dalam sejarah al-Qur’an ada istilah pengumpulan al-Qur’an,yaitu
usaha pengumpulan berkas-berkas al-qaur’an
yang tercecer di tangan para sahabat kemudian berkas-berkas tersebut disatukan sebagai kondeks utuh yang
bernama mushaf
Usaha kompilasi(penulisan) serta kodifikasi(pembukuan)alQur’an
secara tertulis ini telah disejarahkan para ilmuan al-qur’an dan dibagi dalam
tiga fase,yaitu pada masa nabi Saw,abu bakar ra, dan ustman bin affan ra.
II.RUMUSAN MASALAH
II.RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana penulisan al-Quran pada masa Rasulullah ?
2.
Bagaimana penulisan al-Qur’an pada masa abu bakar ai-shiddiq ?
3.
Bagaimana penulisan al-Qur’an pada masa ‘ustman bin ‘affan ?
III.PEMBAHASAN
III.PEMBAHASAN
1.
ALQUR’AN PADA MASA RASULULLAH SAW
Sejarah dalam penulisan al-Qur’an pada masa nabi melalui dua cara
yaitu hafalan dan tulisan, artinya setiap ayat yang turun langsung di catat
oleh penulis wahyu dan di hafal oleh para sahabat. Teknik penulisan al-Qur’an
pada masa rasul adalah menggunakan metode imla’(dekte).Para penulis
wahyu diantaranya seperti empat khalifah , zayd bin tsabit, abd allah bin
mas’ud, ubayya bin ka’b, dan lain-lain
sehingga jmlah mereka mecapai 43. Mereka menulis al- Qur’an pada pelepah
kurma,pohon,daun,kulit,tulang dll. Karena alat tulis sulit di dapat di
negara arab. Para sahabat menulis al-Qur’an dengan
mencatat setiap wahyu yang turun persis
sebagaimana yang disampaikan nabi Saw sedikitpun tidak mereka ubah.[1]
Di samping melalui catatan,al-Qur’an juga
terpelihara melelui hafalan. Pada umumnya para sahabat yang menghafalkannya.
Namun mereka yang menghafal keseluruhan tidak begitu banyak seperti Ubayy bin
ka’b, Mu’adz bin jabal, Zayd bin tsabit,
Abu al-darda’, Sa’d bin ubayd, Ustman bin affan, dan lain-lain. para sahabat
berlomba lomba dan mempelajari al-Qur’an. Mereka mencurahkan segala kemamuan
untuk menghafal. Mereka menajarkannya kepada para istri dan anak mereka di
rumah mereka. Di setiap rumah yang dilewati dalam kegeapan malam,terdengar
gemuruh suara al-Qur’an. Bahkan rasul saw pernah mendengan disalah satu orang
ansor,beliau berhenti untuk mendengarkan al-Qur’an dalam kegelapan malam. Sungguh
telah banyak yang menghafal alQur’an terbukti ada sekitar 70 sahabat yang mati
syahid pada perang yamanah di bi’r ma’umat melawan pengikut musaylimat
al-kadzdzab dansejumlah itu pula para sahabat yang mati syahid pada zaman rasul
saw di bir’I ma’unah.[2]
Pola penerbitan dan penulisan sesuai dengan arahan rasul,sehingga pengumpulan
al-Qur’an dan penerbitannya adalah mutlak dari rasul bukan berdasarkan ijtihat
Pola para sahabat. Sebagaimana sabda beliau:
ضعوا
هذه السورة ضع الذي يذكر فيه كذاوكذ.
“ letakkan surat ini di tempat yang di dalamnya di
sebutkan ini dan ini”[3]
2.
AL-QUR’AN PADA MASA ABU BAKAR AS-SHIDDIQ
Setelah rasulullah wafat di gantikan oleh abu bakar .pada masa
kekhalifahannya dihadapakan pada langkah berbahaya, penuh tantangan, serta
kesulitsn yang amat rumit. Di antaranya memerangi kemurtadan yang terjadi diantara kaum muslimin dan para
pengikut musailimah al kazzab. Pada peperangan itulah banyak kuraa’ dan huffadz
yang gugur lebih dari 70 orang. Kejadian itu benar-benar menyedihkan kaum
muslimin. Umar datang kepada abu bakar. Beliau amat sedih kemudian umar
memberikan saran untuk mengumpulkan para quraa’karena takut al-Qur’an
beransur-ansur hilang atas kematian para
penghafal. Awalnya abu bakar ragu, kemudian beliau berfikir lebih baik
mengambil saran umar demi kemaslahatannya. Dan allah melapangkan dada beliau
untuk suatu pekerjaan yang mulia ini.[4]
Kemudian abu bakar meminta zaid bin tsabit untuk mengumpulkan
al-Qur’an dalam satu mushaf.mulanya zaid ragu.sebagaimana yang di riwayatkan
bukhari:
Di riwayatkan dari Zaid bin Tsabi ra, dia berkata”abu bakar utusan
kepada saya di tempat perang ahli yamamah ketika itu umar telah duduk
disisinya. Maka abu bakar berkata: umar datang kepadaku kemudian berkata:
sesungguhnya perang di yamamah itu amat mengerikan akibat meninggalnya para
penghafal,dan aku khawatir kalau kematian para mufizd itu berlanjut pada
kampong masing masing,sehingga banyak ayat al-Qur’an yang hilang. Maka aku
menjawaab: bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh
rasul? Umar berkata: demi allahitu lebih baik’,kemudian abu bakar menjawab:
sesungguhnya engkau adalah pemudaa yang berakal kamu telah menuliskan wahyu
untuk rasulullah saw,maka titilah al-Qur’an dan kumpulkanlah.yazid berkata jika
aku diperintah untuk memindahkan gunung diantara gunung-gunung,maka
tidak seberat apa yang engkau perintahkan kepadaku.abu bakar
menjawab:sesungguhnya itu lebih baik,kemudian tidak henti-hentinya sampai allah
melapangkan hati zaid. Hingga kemudian zaid menerima usulan abu bakar dan umar.
Dalam menghimpun al-Qur’an di masa abu bakar berpatokan pada
hafalan dan tulisan sekaligus.artinya, jika hanya salah satu yang ada hanya
hafalan atau tulisan saja maka penulisan ditangguhkan sampai kedua saksi itu
ditemukan. Apa bila tidak ditemukan juga maka ayat tersebut di tolak.
Zaid bin tsabit dalam melaksanakan tugasnya di bantu oleh beberapa
anggota lain,semuanya penghafal al-Qur’an yaitu ubay bin ka’ab, ali bin abi
thalib dan ustman bin affan. Mereka berulang kali mengadakan pertemuan dan
mereka mengumpulkan tulisan tulisan yang mereka tuliskan di masa nabi.
Akhirnya zaid berhasil menghimpun al-Qur’an dalam bentuk kitab yang
kemudian diberi nama mushaf. Mushaf ini kemudian disimpan di rumah khalifah abu
bakar. Setelah beliau wafat disimpan di rumah umar bin khathab, dan
sepeninggalan umar di simpan di rumah hafshat bin umar,salah seorang janda
rasul.[5]
3.
AL-QUR’AN PADA MASA KHALIFAH USTMAN BIN AFFAN
Latar belakang pengumpulan al-Qur’an pada masa ustman tidak sebagai
mana sebab yang melatarbelakangi pengumpulan al-Qur’an pada masa abu bakar.
Pada masa ustman ini islam telah banyak tersebar luas. Kaum muslimin hidup
berpencar di berbagai penjuru kota maupun pelosok. Disetiap kampong terkenal shuhuf
sahabat yang mengajarkan al-Qur’an pada penduduk kampong itu. Penduduk syam
memakaishuhuf ‘Ubai bin ka’b. penduduk
kuffah memekai mushaf Abdullah bin
mas’ud. Dan yang lain lagi memakai shuhuf Abu Musa Al-Asy’ari. Maka tidak
diragukan timbul perbedaan bentuk suhuf di kalangan mereka. sampai hal ini
membawa mereka kepada pertengtangan dan perpecahan di antara mereka sendiri.
Bahkan sebagian mereka mengkafirkan sebagian yang lain, karena disebabkan
perbedaan shuhuf tersebut.[6]
Kemudian ustman meminta kepada hafshah supaya memberikan
shuhuf-shuhuf yang ada padanya untuk disalin kedalam beberapa mushaf.sesudah
shuhuf diterima beliau menyuruh zaid bin tsabit, Abdullah bi zubair, zaid bin
ash, abd arrahman bin haris bin hisyam untuk menyalin dari shuhuf-shuhuf menjaddi beberapa mushaf. Setelah mereka
selesai melaksanakan pekerjaan t ersebut,
shuhuf-shuhuf itu dikembalikan kepada Hafshah. Kemudian Usman mengirim ke
Kufah, Basrah,Syams serta satu di tangan khalifah utsman sendiri.[7]
Kemudian memerintahkan supaya dibakar segala mushaf-mushaf yang lain dari badan
yang ditulis oleh badan yang terdiri dari empat tadi. Usman menyuruh kaum
muslimin supaya membaca al-Qur’an yang bermaterai ai-Imam.
Sesudah masa usman bisa disebut tidak ada lagi perubahan yang
berarti. pada masa utsman adalah sekedar
memperbanyak salinan mushaf yang dikumpulkan pada masa aba bakar untuk di kirim
kan keberbagai wilayah islam. Adapun sebab pengumpulan alquran adalah
terjadinya perbedaan suhuf dalam pembacaan alquran.
IV. KESIMPULAN
Pembukuan alQuran pada masa rasul saw menggunakan dua cara yaitu
mencatat dan menghafal. Para sahabat mencatat ayat-ayat al quran di
pelepah-pelepah pohon, tulang unta, kulit hewan. Catatan-catatan tersebut
disebut shuhuf .
Pada masa khalifah Abu Bakar dan utsman dilakukan pembukuan
AlQuran. Pembukuan alQuran dilakukan dengan cara mengumpulkan
shuhuf-shuhuf hingga menjadi mushaf yang utuh dan sempurna yaitu Al-Qur’an.
V. PENUTUP
Demikian yang
dapat kami paparkan mengenai materi pokok yang menjadi pokok pembahasan dalam
makalah ini, tentunya masih ada banyak kekurangan dan kelemahan karena
keterbatasan kemampuandan kurangnya rujukan yang ada hubungannya dengan judul
makalh ini.
Kami banyak
berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang
membangunkepada kami demi sempurnanya makalah ini dikesempatan berikutnya,
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Muhammadin Ash shobuni,Ikhtisar
Ulumul qur’an,PA,1988
Baidan Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur’an, Yogyakarta,Pustaka
Pelajar,2011
Hasbi M Ash Shiddieqy,,Ilmu-Ilmu
al-qur’an, Semarang, Pustaka Rizki Putra,2002
Hasbi M Ash Shiddieqy,Ilmu Al-Qur’an & Tafsir,Semarang, Pustaka
Rizki Putra,2011
Shams Ahmad Madyan, Peta Pembelajaran Al-Qur’an,Jakarta,
Pustaka Pelajar,2008
Syadali Ahmad dan Ahmad Rofi’I, Ulumul Qur’an II,Bandung,Pustaka
Setia,1997
[1]Nasrudin Baidan ,Metode Penafsir Al-qur’an (Yogyakarta:Pustakapelajar.2011)hlm.31.
[2]Syaikh Muhammadi Ali Ash Shobuni,Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis(Semarang:PA,1988)hlm.71-72.
[4] Ahmad Syams Madyan ,Peta Pembelajaran AL-Qur’an(Yogyakarta:Pustakapelajar.2008)hlm.83-85.
[5] Hasbi Ash-Shiddieqy,Ilmu Al-Qur’an & Tafsir,(Semarang:Pustaka
Rizki Puttra.2011)hlm.73-74.
[6]Syaikh Muhammadi Ali Ash Ash Shobuni,Ikhtisar Ulumul Qur’an
Praktis,(Semarang:PA.1988)hlm.82.
[7]Ahmad Syadali,Ulumul Qur’an II.(Bandung:Pustaka
Setia.1997)hlm.22.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar