Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 01 Desember 2014



SEJARAH MUNCULNYA DINASTI ABBASIYAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : H. Mat Sholikhin, M.Ag


Disusun Oleh :
Aprilia Ngabekti N.               (123911037)
Pandini Isma C.                     (123910087 )


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014


SEJARAH MUNCULNYA DINASTI ABBASIYAH
I.         PENDAHULUAN
                 Akhirnya, Dinasti Umayyah semakin lama semakin lemah dan semakin berubah. Tepatnya ketika Dinasti dipimpin oleh para penguasanya yang tidak memiliki kredibilitas untuk memimpin negara, sehingga mereka tidak mampu menanggulangi berbagai persoalan yang merong-rong negara. Setelah kejatuhan Dinasti Umayyah, kekuasaan berpindah kepada Bani Abbasiyah.[1] Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas, paman Rasulullah saw. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada Abdullah (As-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib. Kekuasaan Dinasti Bani Abbas, atau  khilafah Abbasiyah sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Bani Umayyah. Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti Islam yang paling berhasil dalam mengembangkan peradaban islam. para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja pakar pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan perdaban Islam.[2]
                 Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah dan kemajuan-kemajuan yang di capai pada masa Dinasi Abbasiyah.

II.      RUMUSAN MASALAH
A.      Bagaimana Berdirinya Pemerintahan Dinasti Abbasiyah ?
B.       Bagaimana Pemerintahan Dinasti Abbasiyah  ?
C.       Bagaimana Perkembangan Kebudayan dan Keilmuan Dinasti Abbasiyah ?


III.   PEMBAHASAN
A.      Berdirinya Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) samapi dengan 656 H (1258 M)[3]. Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas, paman Rasulullah saw. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada Abdullah (As-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin abdullah bin Abbas bin Abdul Mutthalib[4]. Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat islam mengatakan setia kepada Abbul Abbas Ash-shaffah sebagai khaliffah mereka. Ash- Shaffah kemudian pindah ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad.[5]
Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah Bani Umayah yang besar.[6] Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .[7]
Penggantian Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepimpinan masyarakat islam lebih dari sekedar penggantian Dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Revolusi Rusia didalam sejarah barat.[8]
Awal seruan untuk pendirian pemerintahan Abbasiyah, kelompok Syiah Rafidah mengatakan bahwa imamah berada ditangan Muhammad bin Ali bin Abi Thalib. Kemudian mereka menyerukan bahwa setelah itu imamah adalah milik sah Abu Hasyim. Sebelum meninggal dia meminta kepada anak pamannya Muhammad bin Ali bin Abdullah ibnul Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkanya untuk Ahli Bait Rasulullah.
1.      Gerakan Rahasia (100-129 H/ 718-746 M)
Muhammad dikenal sebagai sosok yang sangat ambisius. Maka, dia pun segera melahirkan pemikiran untuk mendirikan pemerintahan Abbasiyah. Dia memilih orang-orang yang sangat terpilih dan kapabel untuk menebarkan pemikiran dan rencananya ini. Sehingga, gerakan ini berlangsung dengan sangat rahasia dan lamban.
2.      Gerakan Terang-terangan Serta Penaklukan Khurasan dan Irak.
Pada tahun 129H/746 M Ibrahim memerintahkan pada Abu muslin al-Khurasani untukmendeklarasikan gerakan ini di khurasan. Abu Muslim melakukan perintah dari Ibrahim. Namun, Marwan bin Muhammadmenangkap dia dan memenjarakan Ibrahim. Kemudian Ibrahim tugas digantikan oleh saudaranya Abdullah (as-saffah). Pada tahun 130 H/ 747 M Abu Muslim berhasil merebut Khurasan. Kemudian dia mengambil alih Irak pada tahun 132 H/ 749 M.
Deklarasi pemerintahan Abbasiyah, Abdullah As-Saffah keluar dari persembunyiannya dan bersama-sama pengikutnya berangkat menuju Masjid Kufah dan mendeklarasikan pemerinthannya.[9] Abul Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama bani Abbas di Masjid Kufa pada Tahun 749 M. Dia menamakan dirinya as-Saffah (si-Haus Darah) didalam kutbahnya pelantikanya di Masjid Kufa.[10]
Perang Zab dan Penghancuran Pemerintahan Bani Umayyah, Saffah membarangkatkan tentara untuk memerangi Marwan bin Muhammad yang saat itu bersama tentaranya di Zab, sebuah kawasan di dekat Mosul. Marwan dikahkan dalam perang ini dan berpidah-pindah hingga akhirnya dibunuh oleh pasukan Abbasiyah pada tahun 749 M. Dengan demikian, semua wilayah pemerintahan berada dibawah pemerintahan Bani Abbasiyah kecuali Andalusia.[11]

B.       Pemerintahan Dinasti Abbasiyah 
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik , sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarahwan biasanya membagi masa pemerintahan bani Abbasiayah dalam 5 periode berikut:[12]
1.      Periode pertama (Masa Abbasiyah I), yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H ( 750 M) sampai meninggalnya khaliffah Al- Wastiq 232 H (847 M). Disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.      Periode kedua (Masa Abbasiyah II), yaitu mulai khliffah Al- Mutawakkil pada tahun 232 H ( 847 M) sampai berdirinya Daulah buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M). Disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.      Periode ketiga Masa Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwahiyah tahun 334 H (946 M) sampai masuknya kaum saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M). Disebut periode pengaruh Persia kedua.
4.      Periode keempat (Masa Abbasiyah IV),yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad tahun447 H (1055 M ). Sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M ). Biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.      Periode kelima, (Abbasiyah V), masa khalifah bebas dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di kota Bagdad.
Namun ada juga pendapat bahwa pemerintahan Abbasiyah dibagi menjadi dua periode sebagaimana yang banyak diistilahkan kalangan sejarawan.
1)      Pemerintahan Abbasiyah Periode I. Periode ini dimulai sejak tahun 132 hingga 274 H/ 749-861 M. Periode ini merupakan masa kejayaan para khalifah Abbasiyah. Ada sepuluh penguasa pada periode ini. Khalifah-khalifah tersebut ialah:
No.
Khalifah
Gelar
Masa Berkuasa
1.     
Abul Abbas Abdullah bin Muhammad
As-Saffah
132-136 H/749-753 M
2.                 
Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad
Al-Mansyur
127-158 H/753-774 M
3.                 
Mihammad bin Abdullah bin Muhammad
Al-Mahdi
158-169 H/775-785 M
4.                 
Musa bin Muhammad bin Abdullah
All-Hadi
169-170 H/785-786 M
5.                 
Harun bin Muhammad bin Abdullah
Ar-Rasyid
170-193 H/786-808 M
6.                 
Muhammad bin Harun bin Muhammad
Al-Amien
193-198 H/808-813 M
7.                 
Abdullah bin Harun bin Muhammad
Al-Makmum
198-218 H/813-833 M
8.                 
Muhammad bin Harun bin Muhammad
Al-Mu’tashim
218-227 H/833-841 M
9.                 
Harun bin Muhammad bin Harun
Al-Watsiq
227-232 H/841-846 M
10.             
Ja’far bin Muhammad bin Harun
Al-Mutawakkil
232-247846-861 M

2)      Pemerintahan Abbasiyah Periode II. Periode ini dimulai dari tahun 247-656 H/861-1258 M. Masa ini adalah masa lemehnya para khalifah dan lenyapnya kekuasaan mereka. Masa ini di kuasai oleh kalangan militer. Ada sebanyak 27 khalifah pada masa ini.[13] Khalifah-khalifah tersebut ialah: [14]
No.
Khalifah
Dibawah Dominasi
1.       
Muhammad bin Ja’far
T
U
R
K
I
2.                 
Ahmad bin Muhammad
3.                 
Muhammad bin Ja’far
4.                 
Muhamad bin Harun
5.                 
Ahmad bin Ja’far
6.                 
Ahmad bin Thalhab bin Ja’far
7.                 
Ali bin Ahmad
8.                 
Ja’far bin Ahmad
9.                 
Muhammad bin Ahmad
10.             
Muhammad bin Ja’far
11.             
Ibrahim bin Ja’far
12.             
Abdullah bin Ali
13.             
Al-Fadhl bin Ja’far
B
U
W
A
I
14.             
Abdul Karim ibnul-Fadhl
15.             
Ahmad bin Ishaq Ibnul-Muqtadir
16.             
Abdullah bin Ahmad
17.             
Abdullah bin Muhammmad
S
A
L
J
U
K
18.             
Ahmad bin Abdullah
19.             
Al-Fadhl bin Ahmad
20.             
Mansyur Ibnul Fadhl
21.             
Muhammad bin Ahmad
22.             
Yusuf bin Ahmad bin Yusuf
23.             
Ahmad Ibnul Hasan
24.             
An Nasir Mansyur bin Muhammad
25.             
Abdullah bin Mansyur
26.             
Al-Mutanshir
27.             
Al-Musta’shim




Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifahnya betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Masa pemerintahan Abu al-Abbas (khalifah pertama), pendiri ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M). Dia yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan Dinasti ini.[15]
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abul-Abbas dan Abu Ja’far al-Manshur, maka puncak keemasan dari Dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M) dan al-Mutawakkil (847-861 M).[16]

C.      Perkembangan Kebudayan dan Keilmuan Dinasti Abbasiyah
Sejarah telah mengukir bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah, umat islam benar-benar berada di puncak kejayaan dan memimpin peradaban dunia pada saat itu. Masa pemerintahan ini merupakan “golden age” dalam perjalanan sejarah peradaban islam terutama pada masa khalifah harun al-rasyid dan khalifah al-makmun. Umat islam sesungguhnya telah banyak dipacu untuk mengembangkan dan memberikan inovasi serta kreativitas dalam upaya membawa umat kepada keutuhan dan kesempurnaan hidup. Dari perjalanan dan rentang sejarah, ternyata pergantian Dinasti ummayah kepada Dinasti Abbasiyah tidak hanya pergantian kepemimpinan. Lebih dari itu, pergantian tersebut telah menorehkan wajah dunia islam dalam refleksi pengembangan wawasan dan disiplin ilmu pengetahuan.[17] Dimana peningkatan itu sempat menjadi kiblat bagi perkembangan keilmuan dunia pada saat itu.
1.    Kemajuan Di Bidang Keagamaan
Ilmu pengetahuan agama telah berkembang pada msa daulah bani ummayah. Namun pada masa Dinasti Abbasiyah, ia mengalami perkembangan  dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar vternama dan karya-karya agung dalam berbagai bidangimu agama. Misalnya dalam bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilm kalam, dan ilmu fiqih.[18]
a.    Ilmu Tafsir
Pada masa Abbasiyah ini, ilmu tafsir mengapenulis perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya penafsiran secara sistematis , berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari hadis. Dan pada masa ini pula muncul beberapa lairan dengan tafsirnya masing-masing, seperti ahlusunnah, syi’ah, dan mu’tazilah.
Ahli tafsir yang terkenal pada bidang tafsir bi al ma’tsur masa ini adalah al subhi (w. 127 H), muqatil bin sulaiman (w. 150 H). sedangkan dari tafsir bi al ra’yi yang sebagian dipelopori oleh golongan mu’tazilah adalah abu bakar al ‘asham (w. 240 H) dan ibnu jarwi al’asadi (w. 387 H).
b.    Ilmu Hadis
Pada masa daulah bani Abbasiyah, kegiatan dalam bidang pengkodifikasian hadis dilakukan pula dengan giat sebagai nkelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. Perlu diketahui bahwa pengkodifikasian hadis sebelum masa Abbasiyah dilakukan tanpa mengadakan penyaringan, sehingga bercampur antara hadis nabi saw. Dan yang bukan nabi saw.. berkenaan dengan kaeutamaan hadis sebagai sumber kedua setelah al quran, maka para ulama islam pada masa Abbasiyah ini berusaha semaksimal mungkin menyaring hadist-hadist rasululah agar diterima sebagai sumber hukum.
Para ulama hadis yang terkenal pada masa ini adalah imam bukhari (w. 256 H), dengan bukunya shahih bukhari. Kemudian abu muslim al jajjaj (w. 261 H) berasal dari nisabur dengan karyanya shahih muslim. Kemudian ibnu majah (w. 273 H), abu dawud (w. 275 H), al turmudzi (w. 279 H) dan an nasa’I (w. 303 H). karya-karya mereka dikenal dengan nama al kutubu al sittah.[19]
c.    Ilmu Kalam
Pada masa ini muncul ulama-ulama besar di bidang ilmu kalam, baik dari kalangan mu’tazilah maupun ahlusunnah waljama’ah. Dari kalangan mu’tazilah dikenal antara lain abu huzail al allaf (w. 235 H), al junnaj (w. 290 H0, al jahiz (w. 255 H), al nizam (w. 231 H). sedangkan dari golongan ahlusunnah wal jama’ah ada al asy’ari (w. 234 H), al baqillani (w. 497 H), al ghazali (w. 505 H) dan al maturudi (w. 333 H). Pengembangan ilmu kalam pada masa ini mempunyai peran yan cukup besar yaitu dalam menjaga akidah islam dengan menggunakan argumentasi manthiq dan filosofi rasional.
d.   Ilmu Fiqih
Diantara kebanggaan  zaman pemerintahan daulah bani Abbasiyah adalah terdaptnya empat imam madzhab yang ulung ketika itu. Yang mereka itu adalah, imam syafi’I, imam malik, imam abu hanifah, dan imam ahmad bin hambal. Keempat imam madzhab tersebut dengan karya-karya mereka merupakan para ulama fikih yang paling agung dan tiada bandingannya di dunia islam waktu itu.
2.    Kemajuan Ilmu-Ilmu Umum
Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan para khalifah memfokuskan pada pengembangan pengetahuan dan teknologi. Mereka menterjemahkan berbagai karya-karya baik dari bahasa Yunani, Persia, dan lain-lain. Kemajuan bidang pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai meliputi:
a.    Bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitami, yang di Eropa dikenal dengan nama al-Hazen. Dia terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya, bendalah yang mengirim cahaya ke mata.[20]
b.    Di bidang kimia terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan sesuatu zat tertentu.
c.    Tarikh dan geografi, dalam ilmu geografi (ilmu bumi) Ibnu Khurdazbah, yang hidup diawal abad III dan telah meninggalkan buku geografinya “Al-Masalik wa al-Mamalik”, dipandang sebagai ahli geografi Islam terdahulu yang menjadi pedoman bagi pelaut yang menjelajahi lautan.[21]
d.   Geometri, perhatian cendekiawan muslim terhadap geometri dibuktikan oleh karya-karya matematika. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu Aljabar. Kata al-Jabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibah. Ahli geometri muslim lain abad itu ialah Kamaluddin ibn Yunus, Abdul Malik asy-Syirazi yang telah menulis sebuah risalah tentang Conics karya Apollonius dan Muhammad ibnul Husain menulis sebuah risalah tentang “Kompas yang sempurna dengan memakai semua bentuk kerucut yang dapat digambar”. Juga al-Hasan al-Marrakusy telah menulis tentang geometri dan gromonics.
e.    Trigonometri, pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah dari Seville, ditulis oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad, berisi tentang teori-teori trigonometrikal. Dalam bidang astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani yang dikenal di Eropa dengan nama al-Faragnus menulis ringkasan ilmu astronomi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.[22]
f.     Ilmu kedokteran dikenal nama al-Razi dan ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya ilmu kedokteran berada di tangan ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosuf berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qanun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.[23]
g.    Antidote (penawar racun), ibnu Sarabi menulis sebuah risalah elemen kimia penangkal racun dalam versi Hebrew dan Latin. Penerjemahan dalam bahasa Latin (mungkin suatu adaptasi atau pembesaran) terbukti menjadi lebih populer dan lebih berpengaruh daripada karya aslinya dalam bahasa Arab.[24]
h.    Filsafat, tokoh yang terkenal adalah al-Farabi, ibn Sina dan ibn Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme.[25]
3. Kemajuan Bidang Kesenian
a.         Kesenian yang berkembang pada masa dulah bani Abbasiyah ini adalah musik. Banyak risalah musikal telah ditulis oleh tokoh dari sekolah Maragha, Nasiruddin Tusi dan Qutubuddin asy-Syirazi, tetapi lebih banyak teoritikus besar pada waktu itu adalah orang-orang Persia lainnya. Safiuddin adalah salah seorang penemu skala paling sistematis yang disebut paling sempurna dari yang pernah ditemukan.
b.        Bidang seni ukir. Dalam bidang ini, umat islam cukup terkenal dengan hasil seninya pada botol tinta, papan catur, payung, vas, burung-burungan, pohon-pohonan. Beberapa seniman ukir terkenal antara lan Badr dan Tariff.[26]




IV.   KESIMPULAN
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Sebelum meninggal Abu Hasyim meminta kepada anak pamannya Muhammad bin Ali bin Abdullah ibnul Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkanya untuk Ahli Bait Rasulullah. Perebutan kekuasaan dilakukan dengan Gerakan Rahasia (100-129 H/ 718-746 M) dan Gerakan Terang-terangan. Kemudian pada tahun 132 H/ 749 M Abdullah As-Saffah keluar dari persembunyiannya dan bersama-sama pengikutnya berangkat menuju Masjid Kufah dan mendeklarasikan pemerinthannya Perang Zab dan Penghancuran Pemerintahan Bani Umayyah
Selama Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik , sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu.
Pada masa Abbasiyah kebudayaan dan keilmuan berkembang dengan sangat baik. Pada masa ini muncul banyak para ilmuan-ilmuan dari berbagai macam ilmu, mulai dari ilmu agama dan pengetahuan umum.

V.      PENUTUP
Demikianlah makalah Sejarah Munculnya Dinasti Abbasiyah yang dapat penulis buat, tentu  makalah Sejarah Munculnya Dinasti Abbasiyah ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini bermanfaat, Amin.











DAFTAR PUSTAKA
al ‘Uraisy, Ahmad Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar Media, 2013.
Koto, Alaiddin. Sejarah Peradilan Islam, Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada, 2011
Mahmudunnasir, Syed. Islam Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005
Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan Islam , yogyakarta : pokja akademik, 2005
Qardawi, Yusuf. Meluruskan Sejarah Umat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2005
Rofiq, Choirul. sejarah peradaban Islam, yogyakarta : nadi offset, 2009
Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, Beirut: Al-Maktabah al-Tijari, Tanpa Tahun
Sunanto, Musyrifah. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003
Syukur, Fatah . Sejarah Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009
Yatim, Badri. SEJARAH PERADABAN ISLAM, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003
Husein, Sams. “Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani 0abbasiyah karyabanihusein.html diunduh pada tanggal 11/11/22014 pukul 12.06 WIB.



[1] Yusuf Qardawi, Meluruskan Sejarah Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2005), Hlm. 119.
[2] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215.

[3] Badri Yatim, SEJARAH PERADABAN ISLAM, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 49.
[4] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215.
[6] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 209.
[8]  Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 209.
[9] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215-217.
[10] Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 211.
[11] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 218.
[12] Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktabah al-Tijari, Tanpa Tahun), hlm.360.
[13] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 218-219.
[14] Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 246-248.
[15]  Prof. Dr. Alaiddin Koto, M.A., Sejarah Peradilan Islam, (Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada, 2011), hlm 92.
[16] Fatah Syukur, Sejarah Peradaban islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 94-95.
[17] Choirul rofiq, sejarah peradaban islam, (yogyakarta : nadi offset, 2009) hlm. 151.
[18]  Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan islam , (yogyakarta : pokja akademik, 2005) hlm. 124.
[19] Maman A. malik dkk, sejarah kebudayaan Islam , (yogyakarta : pokja akademik, 2005) hlm. 128
[20]  Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 103.
[21]    Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm, 113-117.
[22] Sams Husein, “Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani 0abbasiyah karyabanihusein.html diunduh pada tanggal 11/11/22014 pukul 12.06 WIB.
[23] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2003), hlm. 82-87.
[24] Sams Husein, “Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani 0abbasiyah karyabanihusein.html diunduh pada tanggal 11/11/22014 pukul 12.06 WIB.
[25] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 87-102.
[26]  Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009), hlm. 105.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar