SEJARAH MUNCULNYA
DINASTI ABBASIYAH
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : H. Mat Sholikhin, M.Ag

Disusun Oleh :
Aprilia Ngabekti N. (123911037)
Pandini Isma C.
(123910087 )
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
SEJARAH MUNCULNYA DINASTI ABBASIYAH
I.
PENDAHULUAN
Akhirnya,
Dinasti Umayyah semakin lama semakin lemah dan semakin berubah. Tepatnya ketika
Dinasti dipimpin oleh para penguasanya yang tidak memiliki kredibilitas untuk
memimpin negara, sehingga mereka tidak mampu menanggulangi berbagai persoalan
yang merong-rong negara. Setelah kejatuhan Dinasti Umayyah, kekuasaan berpindah
kepada Bani Abbasiyah.[1] Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada al-Abbas,
paman Rasulullah saw. Sementara itu, khalifah pertama dari pemerintahan ini ada
Abdullah (As-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin abdullah bin Abbas bin Abdul
Mutthalib. Kekuasaan Dinasti Bani Abbas, atau
khilafah Abbasiyah sebagaimana disebutkan melanjutkan kekuasaan Bani
Umayyah. Dinasti Abbasiyah merupakan Dinasti Islam yang paling berhasil dalam
mengembangkan peradaban islam. para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja
pakar pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan
dan perdaban Islam.[2]
Dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
dan kemajuan-kemajuan yang di capai pada masa Dinasi Abbasiyah.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
Berdirinya Pemerintahan Dinasti Abbasiyah ?
B.
Bagaimana
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah ?
C.
Bagaimana Perkembangan
Kebudayan dan Keilmuan Dinasti Abbasiyah ?
III. PEMBAHASAN
A.
Berdirinya
Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Kekuasaannya berlangsung dalam
rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) samapi dengan 656 H (1258
M)[3]. Pemerintahan Bani Abbasiyah dinisbatkan kepada
al-Abbas, paman Rasulullah saw. Sementara itu, khalifah pertama dari
pemerintahan ini ada Abdullah (As-Saffah) bin Muhammad bin Ali bin abdullah bin
Abbas bin Abdul Mutthalib[4].
Seluruh anggota keluarga Abbas dan pimpinan umat islam mengatakan setia kepada
Abbul Abbas Ash-shaffah sebagai khaliffah mereka. Ash- Shaffah kemudian pindah
ke Ambar, sebelah barat sungai Eufrat dekat Baghdad.[5]
Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka
dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh
Daulah Bani Umayah yang besar.[6]
Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak kekacauan dalam
berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara
lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam,
termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum
mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi
banyak kerusuhan .[7]
Penggantian
Umayyah oleh Abbasiyah ini di dalam kepimpinan masyarakat islam lebih dari
sekedar penggantian Dinasti. Ia merupakan revolusi dalam sejarah islam, suatu
titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Revolusi Rusia
didalam sejarah barat.[8]
Awal
seruan untuk pendirian pemerintahan Abbasiyah, kelompok Syiah
Rafidah mengatakan bahwa imamah berada ditangan Muhammad bin Ali bin Abi
Thalib. Kemudian mereka menyerukan bahwa setelah itu imamah adalah milik sah
Abu Hasyim. Sebelum meninggal dia meminta kepada anak pamannya Muhammad bin Ali
bin Abdullah ibnul Abbas untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkanya
untuk Ahli Bait Rasulullah.
1.
Gerakan Rahasia
(100-129 H/ 718-746 M)
Muhammad dikenal sebagai sosok yang
sangat ambisius. Maka, dia pun segera melahirkan pemikiran untuk mendirikan
pemerintahan Abbasiyah. Dia memilih orang-orang yang sangat terpilih dan
kapabel untuk menebarkan pemikiran dan rencananya ini. Sehingga, gerakan ini
berlangsung dengan sangat rahasia dan lamban.
2.
Gerakan Terang-terangan
Serta Penaklukan Khurasan dan Irak.
Pada tahun 129H/746 M Ibrahim
memerintahkan pada Abu muslin al-Khurasani untukmendeklarasikan gerakan ini di
khurasan. Abu Muslim melakukan perintah dari Ibrahim. Namun, Marwan bin
Muhammadmenangkap dia dan memenjarakan Ibrahim. Kemudian Ibrahim tugas
digantikan oleh saudaranya Abdullah (as-saffah). Pada tahun 130 H/ 747 M Abu
Muslim berhasil merebut Khurasan. Kemudian dia mengambil alih Irak pada tahun
132 H/ 749 M.
Deklarasi
pemerintahan Abbasiyah, Abdullah As-Saffah keluar dari
persembunyiannya dan bersama-sama pengikutnya berangkat menuju Masjid Kufah dan
mendeklarasikan pemerinthannya.[9] Abul
Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama bani Abbas di Masjid Kufa pada Tahun
749 M. Dia menamakan dirinya as-Saffah (si-Haus Darah) didalam kutbahnya
pelantikanya di Masjid Kufa.[10]
Perang
Zab dan Penghancuran Pemerintahan Bani Umayyah, Saffah
membarangkatkan tentara untuk memerangi Marwan bin Muhammad yang saat itu
bersama tentaranya di Zab, sebuah kawasan di dekat Mosul. Marwan dikahkan dalam
perang ini dan berpidah-pindah hingga akhirnya dibunuh oleh pasukan Abbasiyah
pada tahun 749 M. Dengan demikian, semua wilayah pemerintahan berada dibawah
pemerintahan Bani Abbasiyah kecuali Andalusia.[11]
B.
Pemerintahan Dinasti
Abbasiyah
Selama
Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik , sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan
pola pemerintahan dan politik itu, para sejarahwan biasanya membagi masa
pemerintahan bani Abbasiayah dalam 5 periode berikut:[12]
1.
Periode pertama
(Masa Abbasiyah I), yaitu semenjak lahirnya Daulah Abbasiyah tahun 132 H ( 750
M) sampai meninggalnya khaliffah Al- Wastiq 232 H (847 M). Disebut periode
pengaruh Persia pertama.
2.
Periode kedua (Masa
Abbasiyah II), yaitu mulai khliffah Al- Mutawakkil pada tahun 232 H ( 847 M)
sampai berdirinya Daulah buwaihiyah di Baghdad pada tahun 334 H (946 M).
Disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.
Periode ketiga Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya daulah Buwahiyah tahun 334 H (946 M)
sampai masuknya kaum saljuk ke Baghdad tahun 447 H (1055 M). Disebut periode
pengaruh Persia kedua.
4.
Periode keempat
(Masa Abbasiyah IV),yaitu masuknya orang-orang saljuk ke Baghdad tahun447 H
(1055 M ). Sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa mongol di bawah pimpinan
Hulagu Khan pada tahun 656 H (1258 M ). Biasanya disebut juga dengan masa
pengaruh Turki kedua.
5.
Periode kelima,
(Abbasiyah V), masa khalifah bebas dari dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya
efektif di kota Bagdad.
Namun
ada juga pendapat bahwa pemerintahan Abbasiyah dibagi menjadi dua periode
sebagaimana yang banyak diistilahkan kalangan sejarawan.
1)
Pemerintahan
Abbasiyah Periode I. Periode ini dimulai sejak tahun 132 hingga 274 H/ 749-861
M. Periode ini merupakan masa kejayaan para khalifah Abbasiyah. Ada sepuluh
penguasa pada periode ini. Khalifah-khalifah tersebut ialah:
|
No.
|
Khalifah
|
Gelar
|
Masa
Berkuasa
|
|
1.
|
Abul Abbas Abdullah bin
Muhammad
|
As-Saffah
|
132-136 H/749-753 M
|
|
2.
|
Abu Ja’far Abdullah bin
Muhammad
|
Al-Mansyur
|
127-158 H/753-774 M
|
|
3.
|
Mihammad bin Abdullah bin
Muhammad
|
Al-Mahdi
|
158-169 H/775-785 M
|
|
4.
|
Musa bin Muhammad bin Abdullah
|
All-Hadi
|
169-170 H/785-786 M
|
|
5.
|
Harun bin Muhammad bin Abdullah
|
Ar-Rasyid
|
170-193 H/786-808 M
|
|
6.
|
Muhammad bin Harun bin Muhammad
|
Al-Amien
|
193-198 H/808-813 M
|
|
7.
|
Abdullah bin Harun bin Muhammad
|
Al-Makmum
|
198-218 H/813-833 M
|
|
8.
|
Muhammad bin Harun bin Muhammad
|
Al-Mu’tashim
|
218-227 H/833-841 M
|
|
9.
|
Harun bin Muhammad bin Harun
|
Al-Watsiq
|
227-232 H/841-846 M
|
|
10.
|
Ja’far bin Muhammad bin Harun
|
Al-Mutawakkil
|
232-247846-861 M
|
2)
Pemerintahan
Abbasiyah Periode II. Periode ini dimulai dari tahun 247-656 H/861-1258 M. Masa
ini adalah masa lemehnya para khalifah dan lenyapnya kekuasaan mereka. Masa ini
di kuasai oleh kalangan militer. Ada sebanyak 27 khalifah pada masa ini.[13] Khalifah-khalifah
tersebut ialah: [14]
|
No.
|
Khalifah
|
Dibawah
Dominasi
|
|
1.
|
Muhammad bin Ja’far
|
T
U
R
K
I
|
|
2.
|
Ahmad bin Muhammad
|
|
|
3.
|
Muhammad bin Ja’far
|
|
|
4.
|
Muhamad bin Harun
|
|
|
5.
|
Ahmad bin Ja’far
|
|
|
6.
|
Ahmad bin Thalhab bin Ja’far
|
|
|
7.
|
Ali bin Ahmad
|
|
|
8.
|
Ja’far bin Ahmad
|
|
|
9.
|
Muhammad bin Ahmad
|
|
|
10.
|
Muhammad bin Ja’far
|
|
|
11.
|
Ibrahim bin Ja’far
|
|
|
12.
|
Abdullah bin Ali
|
|
|
13.
|
Al-Fadhl bin Ja’far
|
B
U
W
A
I
|
|
14.
|
Abdul Karim ibnul-Fadhl
|
|
|
15.
|
Ahmad bin Ishaq Ibnul-Muqtadir
|
|
|
16.
|
Abdullah bin Ahmad
|
|
|
17.
|
Abdullah bin Muhammmad
|
S
A
L
J
U
K
|
|
18.
|
Ahmad bin Abdullah
|
|
|
19.
|
Al-Fadhl bin Ahmad
|
|
|
20.
|
Mansyur Ibnul Fadhl
|
|
|
21.
|
Muhammad bin Ahmad
|
|
|
22.
|
Yusuf bin Ahmad bin Yusuf
|
|
|
23.
|
Ahmad Ibnul Hasan
|
|
|
24.
|
An Nasir Mansyur bin Muhammad
|
|
|
25.
|
Abdullah bin Mansyur
|
|
|
26.
|
Al-Mutanshir
|
|
|
27.
|
Al-Musta’shim
|
Pada periode pertama pemerintahan Bani
Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifahnya betul-betul
tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di
sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga
berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan
dalam islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai
menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus
berkembang. Masa pemerintahan Abu al-Abbas (khalifah pertama), pendiri ini
sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Karena itu, pembina sebenarnya dari
daulat Abbasiyah adalah Abu Ja’far al-Manshur (754-775 M). Dia yang banyak
berjasa dalam membangun pemerintahan Dinasti ini.[15]
Kalau dasar-dasar pemerintahan
daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abul-Abbas dan Abu Ja’far
al-Manshur, maka puncak keemasan dari Dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya,
yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun ar-Rasyid (786-809 M),
al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M) dan
al-Mutawakkil (847-861 M).[16]
C.
Perkembangan
Kebudayan dan Keilmuan Dinasti Abbasiyah
Sejarah telah mengukir bahwa pada
masa Dinasti Abbasiyah, umat islam benar-benar berada di puncak kejayaan dan
memimpin peradaban dunia pada saat itu. Masa pemerintahan ini merupakan “golden
age” dalam perjalanan sejarah peradaban islam terutama pada masa khalifah harun
al-rasyid dan khalifah al-makmun. Umat islam sesungguhnya telah banyak dipacu
untuk mengembangkan dan memberikan inovasi serta kreativitas dalam upaya
membawa umat kepada keutuhan dan kesempurnaan hidup. Dari perjalanan dan
rentang sejarah, ternyata pergantian Dinasti ummayah kepada Dinasti Abbasiyah
tidak hanya pergantian kepemimpinan. Lebih dari itu, pergantian tersebut telah
menorehkan wajah dunia islam dalam refleksi pengembangan wawasan dan disiplin
ilmu pengetahuan.[17] Dimana
peningkatan itu sempat menjadi kiblat bagi perkembangan keilmuan dunia pada
saat itu.
1.
Kemajuan
Di Bidang Keagamaan
Ilmu pengetahuan agama telah
berkembang pada msa daulah bani ummayah. Namun pada masa Dinasti Abbasiyah, ia
mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini
melahirkan ulama-ulama besar vternama dan karya-karya agung dalam berbagai
bidangimu agama. Misalnya dalam bidang ilmu tafsir, ilmu hadits, ilm kalam, dan
ilmu fiqih.[18]
a.
Ilmu Tafsir
Pada masa Abbasiyah ini, ilmu
tafsir mengapenulis perkembangan yang sangat pesat dengan dilakukannya
penafsiran secara sistematis , berangkai dan menyeluruh serta terpisah dari
hadis. Dan pada masa ini pula muncul beberapa lairan dengan tafsirnya
masing-masing, seperti ahlusunnah, syi’ah, dan mu’tazilah.
Ahli tafsir yang terkenal pada
bidang tafsir bi al ma’tsur masa ini adalah al subhi (w. 127 H), muqatil bin
sulaiman (w. 150 H). sedangkan dari tafsir bi al ra’yi yang sebagian dipelopori
oleh golongan mu’tazilah adalah abu bakar al ‘asham (w. 240 H) dan ibnu jarwi
al’asadi (w. 387 H).
b.
Ilmu Hadis
Pada masa daulah bani Abbasiyah,
kegiatan dalam bidang pengkodifikasian hadis dilakukan pula dengan giat sebagai
nkelanjutan dari usaha para ulama sebelumnya. Perlu diketahui bahwa pengkodifikasian
hadis sebelum masa Abbasiyah dilakukan tanpa mengadakan penyaringan, sehingga
bercampur antara hadis nabi saw. Dan yang bukan nabi saw.. berkenaan dengan
kaeutamaan hadis sebagai sumber kedua setelah al quran, maka para ulama islam
pada masa Abbasiyah ini berusaha semaksimal mungkin menyaring hadist-hadist
rasululah agar diterima sebagai sumber hukum.
Para ulama hadis yang terkenal pada
masa ini adalah imam bukhari (w. 256 H), dengan bukunya shahih bukhari.
Kemudian abu muslim al jajjaj (w. 261 H) berasal dari nisabur dengan karyanya
shahih muslim. Kemudian ibnu majah (w. 273 H), abu dawud (w. 275 H), al
turmudzi (w. 279 H) dan an nasa’I (w. 303 H). karya-karya mereka dikenal dengan
nama al kutubu al sittah.[19]
c.
Ilmu Kalam
Pada masa ini muncul ulama-ulama
besar di bidang ilmu kalam, baik dari kalangan mu’tazilah maupun ahlusunnah
waljama’ah. Dari kalangan mu’tazilah dikenal antara lain abu huzail al allaf
(w. 235 H), al junnaj (w. 290 H0, al jahiz (w. 255 H), al nizam (w. 231 H).
sedangkan dari golongan ahlusunnah wal jama’ah ada al asy’ari (w. 234 H), al
baqillani (w. 497 H), al ghazali (w. 505 H) dan al maturudi (w. 333 H).
Pengembangan ilmu kalam pada masa ini mempunyai peran yan cukup besar yaitu
dalam menjaga akidah islam dengan menggunakan argumentasi manthiq dan filosofi
rasional.
d.
Ilmu Fiqih
Diantara
kebanggaan zaman pemerintahan daulah bani Abbasiyah adalah
terdaptnya empat imam madzhab yang ulung ketika itu. Yang mereka itu adalah,
imam syafi’I, imam malik, imam abu hanifah, dan imam ahmad bin hambal. Keempat
imam madzhab tersebut dengan karya-karya mereka merupakan para ulama fikih yang
paling agung dan tiada bandingannya di dunia islam waktu itu.
2.
Kemajuan
Ilmu-Ilmu Umum
Pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah
mengalami kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan
para khalifah memfokuskan pada pengembangan pengetahuan dan teknologi. Mereka
menterjemahkan berbagai karya-karya baik dari bahasa Yunani, Persia, dan
lain-lain. Kemajuan bidang pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
meliputi:
a.
Bidang optikal
Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitami, yang di Eropa dikenal dengan nama al-Hazen.
Dia terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya
ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya,
bendalah yang mengirim cahaya ke mata.[20]
b.
Di bidang kimia
terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi
dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan sesuatu
zat tertentu.
c.
Tarikh dan geografi, dalam ilmu geografi (ilmu bumi) Ibnu Khurdazbah, yang
hidup diawal abad III dan telah meninggalkan buku geografinya “Al-Masalik wa
al-Mamalik”, dipandang sebagai ahli geografi Islam terdahulu yang menjadi
pedoman bagi pelaut yang menjelajahi lautan.[21]
d.
Geometri,
perhatian cendekiawan muslim terhadap geometri dibuktikan oleh karya-karya
matematika. Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi telah menciptakan ilmu Aljabar.
Kata al-Jabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibah. Ahli geometri
muslim lain abad itu ialah Kamaluddin ibn Yunus, Abdul Malik asy-Syirazi yang
telah menulis sebuah risalah tentang Conics karya Apollonius dan Muhammad ibnul
Husain menulis sebuah risalah tentang “Kompas yang sempurna dengan memakai semua
bentuk kerucut yang dapat digambar”. Juga al-Hasan al-Marrakusy telah menulis
tentang geometri dan gromonics.
e.
Trigonometri,
pengantar kepada risalah astronomi dari Jabir ibnu Aflah dari Seville, ditulis
oleh Islah al-Majisti pada pertengahan abad, berisi tentang teori-teori
trigonometrikal. Dalam bidang astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai
astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Fargani yang dikenal di
Eropa dengan nama al-Faragnus menulis ringkasan ilmu astronomi yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis.[22]
f.
Ilmu kedokteran
dikenal nama al-Razi dan ibn Sina. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan
antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku
mengenai kedokteran anak. Sesudahnya ilmu kedokteran berada di tangan ibn Sina.
Ibnu Sina yang juga seorang filosuf berhasil menemukan sistem peredaran darah
pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qanun fi al-Thibb yang merupakan
ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.[23]
g.
Antidote
(penawar racun), ibnu Sarabi menulis sebuah risalah elemen kimia penangkal
racun dalam versi Hebrew dan Latin. Penerjemahan dalam bahasa Latin (mungkin
suatu adaptasi atau pembesaran) terbukti menjadi lebih populer dan lebih
berpengaruh daripada karya aslinya dalam bahasa Arab.[24]
h.
Filsafat, tokoh
yang terkenal adalah al-Farabi, ibn Sina dan ibn Rusyd. Al-Farabi banyak
menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika, dan
interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku
tentang filsafat. Yang terkenal diantaranya ialah al-Syifa’. Ibn Rusyd yang di
Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam
bidang filsafat, sehingga disana terdapat aliran yang disebut dengan
Averroisme.[25]
3. Kemajuan
Bidang Kesenian
a.
Kesenian yang
berkembang pada masa dulah bani Abbasiyah ini adalah musik. Banyak risalah
musikal telah ditulis oleh tokoh dari sekolah Maragha, Nasiruddin Tusi dan
Qutubuddin asy-Syirazi, tetapi lebih banyak teoritikus besar pada waktu itu
adalah orang-orang Persia lainnya. Safiuddin adalah salah seorang penemu skala
paling sistematis yang disebut paling sempurna dari yang pernah ditemukan.
b.
Bidang seni ukir. Dalam bidang ini, umat islam cukup
terkenal dengan hasil seninya pada botol tinta, papan catur, payung, vas,
burung-burungan, pohon-pohonan. Beberapa seniman ukir terkenal antara lan Badr
dan Tariff.[26]
IV. KESIMPULAN
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn
Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Al-Abbas. Sebelum meninggal Abu
Hasyim meminta kepada anak pamannya Muhammad bin Ali bin Abdullah ibnul Abbas
untuk merebut kekuasaan Bani Umayyah dan menyerahkanya untuk Ahli Bait
Rasulullah. Perebutan kekuasaan dilakukan dengan Gerakan Rahasia (100-129 H/
718-746 M) dan Gerakan Terang-terangan. Kemudian pada tahun 132 H/ 749 M Abdullah
As-Saffah keluar dari persembunyiannya dan bersama-sama pengikutnya berangkat
menuju Masjid Kufah dan mendeklarasikan pemerinthannya Perang Zab dan
Penghancuran Pemerintahan Bani Umayyah
Selama
Dinasti Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda
sesuai dengan perubahan politik , sosial, dan budaya. Berdasarkan perubahan
pola pemerintahan dan politik itu.
Pada
masa Abbasiyah kebudayaan dan keilmuan berkembang dengan sangat baik. Pada masa
ini muncul banyak para ilmuan-ilmuan dari berbagai macam ilmu, mulai dari ilmu
agama dan pengetahuan umum.
V.
PENUTUP
Demikianlah makalah Sejarah
Munculnya Dinasti Abbasiyah yang
dapat penulis buat, tentu makalah Sejarah Munculnya Dinasti Abbasiyah ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
al
‘Uraisy, Ahmad Sejarah
Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta: Akbar Media, 2013.
Koto, Alaiddin. Sejarah Peradilan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011
Mahmudunnasir, Syed. Islam
Konsepsi dan Sejarahnya, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005
Maman A. malik
dkk, sejarah kebudayaan Islam , yogyakarta : pokja akademik, 2005
Qardawi, Yusuf. Meluruskan
Sejarah Umat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2005
Rofiq, Choirul. sejarah
peradaban Islam, yogyakarta : nadi offset, 2009
Stryzewska, Bojena Gajane. Tarikh
al-Daulat al-Islamiyah, Beirut: Al-Maktabah al-Tijari, Tanpa Tahun
Sunanto,
Musyrifah. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta: Prenada Media, 2003
Syukur, Fatah . Sejarah
Peradaban Islam, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009
Yatim, Badri. SEJARAH PERADABAN
ISLAM, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003
Lubis, Rizal. “Sejarah Berdirinya
Dinasti Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahSejarahBerdirinyaDinastiAbbasiyah.html
diuduh pada 11/11/2014 pukul 12.04 WIB
Husein,
Sams. “Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani
0abbasiyah karyabanihusein.html
diunduh pada tanggal 11/11/22014 pukul 12.06 WIB.
Yanti, Syafieh.
“PERKEMBANGAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH” http://syafieh.blogspot.com/2014/01/perkembangan-islam-pada-masa-abbasiyah.html di unduh pada 14/11/2014 pukul 9.55
WIB
[1] Yusuf Qardawi, Meluruskan
Sejarah Umat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, 2005), Hlm. 119.
[2] Ahmad al
‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215.
[4] Ahmad al
‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215.
[5] Rizal Lubis, “Sejarah Berdirinya
Dinasti Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahSejarahBerdirinyaDinastiAbbasiyah.html diuduh pada 11/11/2014 pukul 12.04 WIB
[6] Syed Mahmudunnasir, Islam
Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), hlm. 209.
[7] Syafieh Yanti “PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA ABBASIYAH” http://syafieh.blogspot.com/2014/01/perkembangan-islam-pada-masa-abbasiyah.html di
unduh pada 14/11/2014 pukul 9.55 WIB
[8] Syed
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2005), hlm. 209.
[9] Ahmad al
‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2013). Hlm. 215-217.
[10] Syed
Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan
Sejarahnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 211.
[11] Ahmad al
‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi
Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media, 2013). Hlm. 218.
[12] Bojena Gajane Stryzewska, Tarikh
al-Daulat al-Islamiyah, (Beirut: Al-Maktabah al-Tijari, Tanpa Tahun),
hlm.360.
[13]
Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media, 2013). Hlm. 218-219.
[14]
Ahmad al ‘Uraisy, Sejarah Islam Sejak
Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media, 2013). Hlm. 246-248.
[15]
Prof. Dr. Alaiddin Koto, M.A., Sejarah
Peradilan Islam, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011), hlm 92.
[20] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik
Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm.
103.
[21] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm, 113-117.
[22] Sams Husein, “Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani
0abbasiyah karyabanihusein.html diunduh pada tanggal
11/11/22014 pukul 12.06 WIB.
[23] Musyrifah Sunanto, Sejarah
Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta : Prenada Media, 2003),
hlm. 82-87.
[24] Sams Husein,
“Sejarah Perkembangan Bani Abbasiyah” http://abbasiyah/sejarahperkembangan bani
0abbasiyah karyabanihusein.html diunduh pada tanggal
11/11/22014 pukul 12.06 WIB.
[25] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 87-102.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar